Eks Perwira Marinir AS: Gencatan Senjata Berarti Hamas Menang dan Permalukan Tentara Israel Kesepakatan gencatan senjata di Perang Gaza antara milisi pembebasan Palestina, Hamas dan tentara Israel, dinilai sebagai bentuk kemenangan milisi terlepas dari superioritas kekuatan militer tentara Israel (IDF). Hal itu diungkapkan mantan inspektur senjata PBB dan eks perwira Marinir Amerika Serikat (AS), Scott Ritter.
Dia bahkan mengungkapkan kalau kesepakatan gencatan senjatan itu merupakan kemenangan bagi Palestina dan penghinaan bagi negara Zionis. Scott Ritter, berpendapat, dari sudut pandang doktrinal, pemerintah Israel sejatinya tidak pernah ingin melakukan pertukaran tahanan. Tentara Israel, kata dia, yang punya prinsip Hannibal Directive , dinilai lebih suka menumbalkan sandera yang ditahan Hamas ketimbang harus memberikan waktu bagi lawan mereka untuk mengatur kekuatan baru dengan jeda waktu yang diberikan.
“Itulah sebabnya mereka mengadopsi sesuatu yang disebut Hannibal Directive (Protokol Hannibal), yang pada dasarnya memerintahkan Angkatan Pertahanan Israel untuk membunuh tentara yang ditangkap oleh Hamas atau Hizbullah sehingga mereka tidak dapat digunakan sebagai alat untuk melawan Israel, seperti lebih dari 200 sandera sedang digunakan (jadi alat Hamas) saat ini," kata dia. Gempa Magnitudo 4,9 SR Guncang Karera Sumba Timur NTT Siang Ini BREAKING NEWS: Gempa Magnitudo 5,4 Guncang Ulubongka Tojo Una Una, 1 Rumah Rusak Ringan
Eks Perwira Marinir AS: Gencatan Senjata Berarti Hamas Menang dan Permalukan Tentara Israel Gempa Magnitudo 6,1 SR Guncang Pantai Pasifik Guatemala, Warga Mengungsi VIDEO Israel Akhirnya Setujui Gencatan Senjata, Eks Marinir AS Sebut Ini Bukti Kemenangan Bagi Hamas Serambinews.com
Kunci Jawaban IPA Kelas 9 SMP Halaman 48 dan 49: Uji Kompetensi Uraian Halaman all Atas dasar penilaian itu, mantan inspektur senjata PBB itu mengatakan kalau siapa pun yang peduli terhadap kemanusiaan dan manusia, harus menyambut kabar baik tentang perjanjian tersebut. Soal prinsip Hannibal Directive, Scott Ritter menunjukkan beberapa contoh, seperti terbunuhnya sandera Israel justru oleh bombardemen yang dilakukan IDF saat menghancurkan sebagian besar Kota Gaza dan daerah perkotaan lainnya.
Bahkan, seperti yang diberitakan, IDF juga tidak ragu membabat habis warga sipil mereka sendiri pada kejadian 7 Oktober saat Brigade al Qassam, sayap bersenjata Hamas, dan kelompok militan lainnya Palestina melakukan serangan ke pemukiman Israel. “Beberapa orang bahkan mengatakan sebagian besar kematian yang diderita pada tanggal 7 Oktober (terjadi) ketika pasukan Israel menutup berbagai kibbutze (permukiman) yang sedang diduduki oleh Hamas yang menyandera warga Israel, menembaki gedung gedung, menewaskan baik pejuang Hamas maupun para sandera," kata Ritter. Dia membandingkan aksi tumbal ini dengan tujuan Hamas, yang menjadikan aksi menyandera dengan tujuan menukar mereka dengan tahanan yang ditahan.
“Jadi ini merupakan kemenangan besar bagi Hamas,” tegas Ritter. “Ini adalah salah satu tujuan utama yang mereka tetapkan dalam operasi banjir Al Aqsa untuk menangkap warga Israel, membawa mereka kembali, menahan mereka, dan kemudian menukar mereka dengan pembebasan tahanan Palestina yang tidak berniat dibebaskan oleh Israel.” Dia mengigatkan, Israel pernah mengatakan, 'kami tidak akan pernah menyetujui gencatan senjata'.
"Gencatan senjata adalah kemenangan Hamas," tambahnya. “Israel tidak akan membuat konsesi jika mereka menang (lawan Hamas). Israel kalah,” kata dia. Dia menggarisbawahi bahwa serangan tanggal 7 Oktober telah menghancurkan mitos tak terkalahkannya militer Israel yang telah mendasari keberadaan negara Yahudi sejak didirikan pada tahun 1948.
“Israel dipermalukan. Militer mereka, IDF yang dibanggakan, dikalahkan dalam perlawanan oleh Hamas,” kata Ritter. “Jika Anda melihat catatannya, pengamat intelijen Israel telah melaporkan potensi serangan Hamas selama beberapa waktu sekarang. Ini adalah ketidakmampuan. Ini adalah sebuah kecerobohan. Ini adalah fakta bahwa Israel tidak sebaik yang diyakini semua orang,” katanya. Secara terperinci detail kesepakatan gencatan senjata Hamas Israel adalah:
50 tawanan Israel akan dibebaskan dari Jalur Gaza. Sebagai imbalannya, 150 tahanan Palestina akan dibebaskan dari penjara Israel Poin terpenting, tahanan yang dibebaskan dari kedua belah pihak hanya akan mencakup perempuan dan individu di bawah 19 tahun
Selain itu, Hamas mengungkapkan kalau Israel setuju untuk tidak menargetkan atau menangkap siapa pun selama jangka waktu gencatan senjata. Gerakan Perlawanan Hamas juga mengatakan kalau kebebasan bergerak akan terjamin bagi seluruh warga Palestina di sepanjang Jalan Salah al Din, yang menghubungkan distrik distrik di Jalur Gaza. Gerakan tersebut menegaskan kembali bahwa ketentuan perjanjian tersebut dirumuskan dan dicapai sesuai dengan visi dan tujuan Hamas, yang bertujuan untuk melayani rakyatnya dan membantu ketahanan mereka dalam menghadapi pendudukan Israel, menurut pernyataan Hamas.